Darah dan Air Mata



Pada suatu hari, seorang Abid bertandang kerumah Syekh Fath Al-Moshuli. Saat sampai di sana, didapatinya Syekh Fath sedang menangis begitu panjang, sehingga air matanya tampak menetes di antara jari-jari tanganya. Setelah didekati, ternyata warna air mata itu sangat aneh, agak memerah berarti dia menangis dengan bercampur darah.
            “Demi Allah, tuan menangis bukan dengan air mata lagi, namun telah bercampur darah. Apa penyebab semua itu wahai Syekh Fath ?” begitu tanya si Abid.
            “Jika saja engkau tidak menyebut nama Allah, selamanya aku tidak akan mengaku, wahai Abid. Memang benar aku menangis air mata dan darah, air mata itu untuk menyesali sebuah kewajiban Allah yang pernah aku tinggalkan. Sedangkan tangis darah adalah untuk memperkuat tangis air mata itu” begitu jawab Syekh Fath.
            Setelah dia wafat, aku melihatnya dalam mimpi, dan ketika itulah aku bertanya kepadanya. “Bagaimana tindakan Allah terhadapmu, wahai Syekh Fath ?”
            “Allah telah mengampuni dosa-dosaku” sahut Syekh Fath. “Khusus mengenai tangis darah itu, bagaimana tanggapan Allah ?” sambung si Abid lagi.
            “Allah telah mendekatkan diriku kepadaNya, malah Dia bertanya kepadaku, ‘Wahai Fath, mengapa engkau menangis air mata ?’. kemudian aku menjawab “Ya Allah, itu semua sebab keteledoranku meninggalkan sebuah kewajiban yang engkau bebankan kepadaku”.
            ‘Mengapa di sertai darah segala ?’. sambung Allah dan aku segera menjawabnya “Sebab, tangis air mata itu aku rasa belum cukup untuk menyesali kesalahanku”.
            ‘Kemudian, apa maksud di balik semua itu, wahai Fath ? padahal, kedua malaikat hafazhah yang selalu menuliskan seluruh amalmu, selama empat puluh tahun belakangan ini, tapi tidak pernah lagi menuliskan sebuah kesalahan yang engkau perbuat. Sebab, memang engkau tidak pernah berlaku salah’ begitu penjelasan Allah lebih lanjut.
            “Segala puji bagimu, wahai tuhan. Itu semua hanya kemurahanmu, dalam artian jika saja aku tidak mendapat rahmatMu, diriku tidak pernah bisa terlepas dari berbagai kedurhakaan. Terima kasih wahai Tuhan” begitu tukas Syekh Fath dalam mimpi si Abid.
            Mungkin itulah yang dinamakan nikmat terbesar dari Allah, ketika kita sedang di coba dan mendapatkan kekuatan untuk bertaubat kepada Allah sehingga diampuninya tanpa ada rasa ujub. Dan kita meyakini bahwa itu semua hanyalah kekuasaan Allah semata.

Comments

Popular posts from this blog

Pesantren Al Masthuriyah Sukabumi

Pondok Pesantren Nurul Furqon

Sejarah Singkat Pondok Pesantren Lirboyo dan Sang Pendiri KH. Mahrus Aly