Syahdan,
pada suatu hari ketika seekor kera melihat tukang kayu yang sedang asik
membelah kayu dengan menggunakan dua buah pasak. Cara yang digunakan oleh si
tukang kayu untuk membelah batang kayu itu begitu unik karena ia membelahnya dengan cara menaiki batang kayu itu dan
kemudian melesatkan pasak pada celah belahannya sehingga sedikit demi sedikit,
batang kayu itu pun terbelah. Dan demi melihat itu si Kera pun merasa takjub
luar biasa karan baru pada saat itulah ia melihat cara manusia membelah kayu.
Tak lama kemudian, si tukang kayu beranjak
meninggalkan tempat itu untuk suatu keperluan dan membiarkan batangan kayu yang
belum selesai ia belah tergeletak begitu saja dengan kedua bilah belahannya
meregang terganjal pasak.
Karena tak
kuasa menahan rasa penasaran yang mengusik hatinya, maka sikera yang melihat si
tukang kayu pergi meninggalkan pekerjaannya itu pun segera mendekati batang
kayu yang masih menganga itu, dan kemudian langsung naik ke atasnya dengan ekor
yang menjuntai si antara kayu yang meregang. Lalu denga bodohnya, kera itu
menarik kuat- kuat pasak pengganjal batang kayu itu sehhingga kedua bilah
belahannya pun langsung menjepit ekor si kera yang memang tergolek tepat di
celah belahan.
Bukan main
sakit yang di rasakan oleh si kera ketika ekornya terjepit di belahan kayu itu
.kera dungu itu pun menjerit sejadi- jadinya karna tak kuasa menahan sakit
sampai akhirnya jatuh pingsan .
Tak lama kemudian,
si tukang kayu telah kembali ke tempat itu
untuk meneruskan pekerjaannya. Namun ,betapa terkejutnya ia ketika
melihat seekor kera tergeletak tak sadarkan diri dengan ekor yang terjepit kayu
yang sedang dibelahnya .maka, dengan serta merta tukang kayu itu pun langsung
memukuli sekujur tubuh kera tersebut yang rasa sakitnya jauh lebih berlipat ganda
di bandingkan rasa sakit ekor yang terjepit kayu.
Untuk kalian para pembaca setia, dapatkah kalian menemukan
pesan tersirat didalam kisah ini…?
Bahwa sesuatu yang dilakukan oleh seseorang yang bukan maqomnya
begitulah jadinya. Sebagaimana yang alami oleh sang kera dungu tersebut,
seperti yang dituturkan dalam sebuah peribahasa: “Sudah jatuh tertimpa tangga”.
Nah dari situ kita koreksi pada diri kita, adakah diantara kita pernah mengalami kejadian seperti kisah di atas…?.
Jawabannya ada pada diri kalian semua.
Maka dari itu jangan lah kita lakukan hal itu agar tak ada penyesalan di masa
yang akan datang.
Dikutip Dari Terjemah Kitab
Kalilah Wa Dimnah
Karya spektakuler dari seorang
brahmana Hindustan bernama Baidaba
Post a Comment