1 Presiden, 575 anggota DPR, 19.817 anggota DPRD, 185,7 juta
pemilih
Yang akan dipilih kali
ini, sepasang presiden dan wakil presiden 575 anggota DPR RI, 136 anggota DPD,
2.207 anggota DPR Provinsi dan 17.610 anggota DPRD Kota/Kabupaten.
Terdapat 16 partai
yang mempertarungkan para calonnya, plus empat partai daerah yang khusus
bertarung di Aceh.
Sedangkan para
pemilih, sejauh ini jumlah pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) KPU,
tercatat sebanyak 185.732.093 orang yang terdiri dari 92.802.671 pemilih
laki-laki dan 92.929.422 pemilih perempuan, yang akan memilih di 805.075 TPS.
Yang boleh dan tidak
boleh
KPU
menetapkan sejumlah aturan main bagi para peserta Pemilu untuk kampanye yang
berlangsung mulai 23 September 2018 ini hingga pada 13 April 2019. Apa yang
boleh dan tidak boleh itu, kami sarikan melalui infografis ini:
16 partai: 4 baru, 12
lama, 2 ketua perempuan
Di
antara 16 partai yang bertarung, terdapat empat partai baru. Yakni Partai
Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Berkarya, partai Garuda, dan Perindo.
PSI
dipimpin mantan wartawan televisi, Grace Natalia. Sementara Partai Berkarya
dipimpin Hoetomo Mandala Putera alias Tommy Soeharto, putra mantan presiden
Soeharto yang digulingkan dalam Reformasi 1998. Tommy Soeharto juga adalah
mantan terpidana kasus pembunuhan seorang hakim agung. Perindo dipimpin pemilik
jaringan televisi kelompok MNC, Hary Tanoesoedibjo. Sementara partai Garuda
dipimpin Ahmad Ridha Sabana.
Dari 16 partai, hanya
dua yang dipimpin perempuan. Yakni partai baru PSI yang dipimpin Grace
Nathalie. sejak didirikan pada 2014, dan partai mapan PDI-P, yang dipimpin
Megawati Soekarno Puteri sejak 1999.
Namun
Megawati sudah lebih awal memimpin, sejak partai itu masih bernama PDI. Ia
terpilih sebagai ketua Umum dalam Kongres Luar Biasa PDI di Surabaya 1993. Ini
membuat Soeharto merasa terancam, lalu menggulingkannya tiga tahun kemudian
melalui rekayasa kongres luarbiasa, yang menaikkan lagi Ketua Umum sebelumnya,
Soerjadi.
Sesudah
Soeharto jatuh, Megawati mendirikan PDIP sebagai kelanjutan PDI. Sementara PDI
sendiri tetap berdiri dan ikut Pemilu bersaing dengan PDI-P. Namun akhirnya PDI
versi rekayasa Soeharto itu lenyap.
Sumber : BBC
Post a Comment