Samudra Cinta Rahman




Cinta dan pujian dari mahluk hanyalah kesemuan belaka. Namun cinta  dari sang  maha pencipta itulah kenyataan yang indah.

Gemerlap bintang dan ketenangan cahaya rembulan. Menghiasi keindahan malam di desa lereng Gunung Salak. Semilir hembusan angin malam yang sejuk, memberikan ketenangan bagi para pecinta Tuhan. Hembusan yang membawa rasa nikmat berkencan dengan Tuhan. Bersujud, bermunajat sampai adzan subuh berkumandang. Begitu pula Rahman.  Malam ini ia seperti biasa mempersembahkan sepertiga malam yang dimiliki untuk bermunajat kepada  sang pencipta cinta. Walau hawa dingin terasa menusuk hingga  ke tulang, bukanlah penghalang baginya untuk mengirim surat cinta kepada kekasihnya. Walau belum pernah terbalaskan. Baginya tak apa. Karena inilah cinta sejati, sebuah cinta yang terlupakan oleh kebanyakan orang,cinta yang tak akan musnah walau datangnya kematian.
Dalam sujudnya, ia selalu mencoba tuk merayu,meminta balasan yang tak kunjung ia dapatkan.
“Wahai pencipta cinta,peletak rindu dan kasih sayang aku bemunajat kepadamu, mengharap berita balasan cintaku darimu. Tabahkanlah aku apabila kau belum mau memberikan balasan kepadaku. Agarku kuasa tuk menunggu sampai jasadku hancur lebur bersama tanah yang gembur”.
@@@
Mentari telah bangun dari pembaringannya menebar cahaya keceriaan kepada semua mahluk yang ada diBumi. Menemani para penduduk dunia memulai hari dengan lebih baik dari yang telah terlewati . Rahman langkahkan kakinya menuju ladang peninggalan ayahnya sambil terus mengingat dan menyebut asma  sang tambatan hati baik dengan dzhohir maupun batin. Menunaikan kewajiban, sekaligus mengharap ridho kekasihnya. Walau hanya untuk sesuap nasi. Namun itu cukup untuk menghidupinya dan salah satu orang terkasihnya yaitu sang ibunda. Kini hanya sang ibulah yang hidup bersamanya.  Menemani hari dan memberikan didikan agama kepadanya .Dan karena ibulah ia mendapatkan seteguk air cinta dari sang Maha Kuasa.
@@@
Selesai berladang Rahman rebahkan tubuh kurusnya yang penuh dengan peluh di gubuk tua dekat ladang. Sambil merebahkan diri ia tatap sang mentari yang tetap ceria sebagaimana pagi.
“Oh mentari, kau terlihat bahagia diantara keindahan siang  bersama dengan awan yang menjadi perhiasanmu. Namun tahukah engkau apa isi hatiku..?Aku merindu. Merindu kepada penciptamu dan penciptaku. Telah lama aku menunggu balasan cintaku darinya. Namun  tak kunjung juaaku terima balasan darinya. Hatiku begitu sakit karena menahan rasa cinta tak berbalaskan ini . Apakah aku pungguk merindukan bulan..?Apakah aku salah mencintainya..? Apakah aku hanya bisa mencinta dalam diam” ratapnya, Tak terasa butiran air mata mengalir tak terbendung. Ia terus menangis dan tak henti-henti walau  beberapa orang melewatinya . “Masabodoh”Itulah yang tergambar dalam hatinya. Bukan belas kasih manusia yang ia harapkan. Tapi belas kasih dari kekasihnya yang ia inginkan.
Tangisnya pun terhenti ketika adzan Dhuhur berkumandang, memanggil seluruh umat manusia untuk meninggalkan segala kesibukannya. Bergegas rahman hapus air matanya dan berjalan setengah berlari menuju salah satu dari rumah kekasihnya.
@@@
Malam kembali datang. Rembulan pun mengganti sang mentari yang terbenam di ufuk barat bumi. Disaat ketenangan malam membuat manusia terbuai dalam mimipi indahnya. Rohman kembali menggelar sajadah di sepertiga malam teruntuk sang maha kuasa . Malam ini ia penuh dengan kebimbangan, ia diminta oleh ibunda tercinta  untuk melamar tambatan hati yang telah lama ia lupakan.
“Apakah aku harus menduakannya..?Padahal pertanda cintaku terbalaskan olehnya pun aku tak kunjung tiba”.Keluhnya dalam hati.
“Ibulah yang memaksaku untuk mencintai  sang maha pencipta. Tapi mengapa sekarang ibu pula yang memaksaku tuk menduakannya.” Keluhnya lagi dalam hati.
DuhTuhanku kumohon langgengkanlah cintaku kepadamu. Agar hatiku tak tertuju kepada selain engkau Ya Rabb. Hanya balasan cintamu yang kuharapkan. Bagiku dunia ini  semu dan tak berarti.Cukuplah dunia ini di tangan ku jangan sampai menyentuh kulit hatiku YaaAllah”, pintanya dalam sujud terakhir malam ini disertai tangisan pertanda cintanya yang tulus kepada Sang Ilahi.
@@@
“Rahman , apakah kamu sudah siap nak untuk melamar tambatan hati yang dulu kau cintai itu..?” Tanya ibunya.
            Rahman terdiam kegalauan hatinya makin bertambah ketika sang ibunda menanyakan hal tersebut.
“Apa mungkin kau sudah memiliki kekasih yang lain…?” Tambah ibunya. Ia tetap dalam diamnya. Hingga akhirnya sang ibu menanyakan untuk ketiga kalinya ia baru mau memberikan jawaban.
“Dalam hati, aku sudah memiliki kekasih yang lain bu.”
“Siapakah gerangan wahai anakku..?”  Tanya Ibunya penasaran.
Rahman kembali terdiam sejenak .” Wahai ibu aku akan menjawabnya.Namun kumohon engkau tidak tertawa akan kisah cintaku..?”
“Tenanglah wahai putraku akan ku dengarkan”.
“Bu sungguh aku mempunyai kekasih yang sangatlah agung . Ialah yang menciptakan aku dan menciptakan engkau wahai ibu. Ialah sang peletak rasa cinta di dada seluruh manusia. Ialah cinta yang terlupakan. Ialah yang berhak akan cinta dari seluruh makhluknya. Dialah Allahbu…. Allah . apakah Ibu lupa….?.  Ibulah yang memaksaku tuk mencintainya. ibu paksa aku untuk meluangkan sepertiga waktu untuknya. Walau berawal dari terpaksa. Tapi kemudian dari situlah tumbuh benih cinta kepadanya. Aku begitu mencintainya bu. Aku ingin menikah, namun aku takut karena pernikahan aku terlena. Dan menjadikan hatiku kembali berpaling darinya” Jawabnya sambil memegang pundak sang ibunda dan menatap matanya dengan tatapan penuh kasih sayang. Ibunya tak kuasa menahan rasa tangis ia tak menyangka anaknya  telah tumbuh dan menjadi insan yang tahu diri kepada sang maha kuasa . Ia peluk rohman dengan pelukan yang menenangkan hati.
            “Wahai anakku sungguh indah cinta mu maafkan lah Ibu nak yang tak mengerti akan arti cintamu. Mintakanlah ampunan untukIbumu ini nak akan kehilafan ibu yang terlanjur  lupa kepada kekasihmu. Ibu percaya cintamu tulus kepadanya . Sekarang pergilah temui kekasihmu  dengan beruzlah . Kembalilah kemari seandainya urusan dunia mendatangimu.Ajarkanlah aku untuk kembali mencintainya  di sisa umurkuDan kembalilah nak tatkala tuhan telah menguatkan hatimu untuk menikah. Jalankanlah sunah itu nak. Agar kemuliaan terus turun dalam keluarga kita” Pinta sang ibu menutup pembicaraan tentang cinta yang hakiki. Cinta yang benar-benar pantas dibilang cinta . Cinta yang abadi,  bukan cinta yang semu . Cinta sejati yang akan terus ada walau jasad pecinta telah terkubur didalam bumi.


*Dibalik tirai tangisan ilahiah. Aku  persembahkan kisah ini untuk para pengharap cinta Ilahi.

Comments

Popular posts from this blog

Pesantren Al Masthuriyah Sukabumi

Pondok Pesantren Nurul Furqon

7 Fenomena Alam Super Keren